Rabu, 11 Maret 2015

Dialogue francais "Malentendu"

Dialog yang dipraktekkan di kelas EO III, yang berisikan tentang kesalah pahaman.
Selamat membaca....

Retno  : Je suis désolée. Je suis en retard
Vita     : Pas problème. Pourquoi tu es en retard ?
Retno  : Parce que je ne sais pas encore les rues à Paris. Ah, j’ai très soif.
Vita     : Ah ne bois pas trop
Retno  : Pourquoi ? Ton boisson est délicieux
Vita     : Parce que c’est du vin
Retno  : Tu es sûr ?
Vita     : Oui bien sûr. Je connais que tu ne bois pas du vin
Retno  : Ah merci. Au fait, qu’est qu’on va faire maintenant ? J’aimerais visiter les endroits touristiques. Tu peux m’accompagner ?
Vita     : Oui, comment si on visiterait la tour Eiffel ?
Retno  : Tu sais cette location ?
Vita     : Oui, bien sûr. Je suis parisienne
Retno  : Quelle rue qu’on va passer ?
Vita     : Devant ce café, traversez le carrefour et voila, on peut voir la tour Eiffel à gauche
Retno  : Ah august ? C’est vrai ? Tu dis august ? C’est trop longtemps
Vita     : Pourquoi tu dis trop longtemps ? Tu n’es pas français. Tu ne comprends pas mes mots.
Retno  : Tu moque de moi ? J’apprends le français à Harvard
Vita     : Ah non, je connais que tu es étudiante de français
Retno  : Ah tu connais bien ! Je connais le français, l’anglais, l’indonésien, tu ne me crois pas ?
Vita     : Ah non ! Je pense que c’est un malentendu. Je dis à gauche «  G-A-U-C-H-E » en anglais c’est « LEFT »
Retno  : Ah je suis désolée. J’écoute que tu dis august « A-U-G-U-S-T » c’est le mois d’anglais
Vita     : Ah bon, ils sont se ressembler

Retno  : D’accord

Rabu, 04 Maret 2015

Alfabet Rusia atau Alfabet Cyrilic

Здравствуйте - Halo!
Akhir-akhir ini saya tertarik untuk belajar bahasa Rusia. Akan tetapi yang perlu diketahui bahwa alfabet yang digunakan bukanlah alfabet yang biasanya melainkan alfabet Cyrilic



Abjad Rusia lebih dikenal dengan Alfabet Cyrillic. Ada 33 huruf dalam abjad Rusia. 11 vokal, 20 konsonan, dan 2 tanda pengucapan. Banyak orang mengira belajar bahasa Rusia itu sulit, karena hanya melihat sekilas pada susunan abjadnya saja. Tetapi sebenarnya belajar membaca abjad Cyrillic tidaklah sulit, karena kalau kita tahu bahwa bunyi huruf Cyrillic adalah hampir sama dengan kalimat umumnya pada bahasa Indonesia. Berbeda sekali dengan bahasa Inggris atau bahasa Perancis yang antara tulisan dan pengucapannya berbeda. Hal inilah yang membuat belajar bahasa Rusia lebih mudah untuk penutur bahasa Indonesia.
  • А а dibaca seperti huruf a
  • Б б dibaca seperti huruf b
  • В в dibaca seperti huruf v, dengan menempelkan gigi atas ke bibir bawah. Terkadang juga dibaca seperti huruf w
  • Г г dibaca seperti huruf g
  • Д д dibaca seperti huruf d
  • Е е dibaca seperti bunyi ye
  • Ё ё dibaca seperti bunyi yo
  • Жж dibaca seperti zhe, dengan merapatkan gigi bagian depan atas dan bawah
  • З з dibaca seperti bunyi ze
  • И и dibaca seperti huruf i
  • Й й dibaca seperti bunyi iy, contoh seperti kata Sergey
  • К к dibaca seperti huruf k
  • Л л dibaca seperti huruf l
  • М м dibaca sepeti huruf m
  • Н н dibaca seperti huruf n
  • О о dibaca seperti huruf o
  • П п dibaca seperti huruf p
  • Р р dibaca seperti huruf r
  • С с dibaca seperti huruf s
  • Т т dibaca seperti huruf t
  • У у dibaca seperti huruf u
  • Ф ф dibaca seperti huruf f
  • Х х dibaca seperti bunyi kh, seperti pada kata Khairul
  • Ц ц dibaca seperti bunyi ts, seperti kata lalat tse-tse
  • Ч ч dibaca seperti bunyi ch
  • Ш ш dibaca seperti bunyi sh, seperti pada kata Sharukh Khan
  • Щ щ dibaca seperti bunyi shy, seperti pada kata syalalala
  • Ъ ъ tidak dibunyikan, hanya sebagai tanda pengeras
  • Ы ы dibaca seperti bunyi euy, seperti orang Sunda
  • Ь ь tidak dibunyikan, hanya sebagai tanda pelunak
  • Э э dibaca seperti huruf e, seperti pada kata bebek
  • Ю ю dibaca seperti bunyi yu
  • Я я dibaca seperti bunyi ya
Bagaimana? Untuk menguasai suatu bahasa tidaklah secara instan namun secara bertahap dan tekun. nah, untuk saat ini, hanya ini saja yang bisa saya share buat kalian karena saya juga masih pemula. Untuk yang selanjutnya akan saya berbagi ilmu yang saya terima di lain waktu.


Спасибо - Terima Kasih

Makalah Apresiasi Budaya - Candi Borobudur


MAKALAH APRESIASI BUDAYA
APRESIASI TERHADAP ARCA BUDDHA DI KOMPLEKS CANDI BOROBUDUR





BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Apresiasi adalah penghargaan dan pemahaman atas suatu hal atau budaya yang sudah tertanam dalam diri manuasia sejak lahir. Namun apresiasi dalam diri seseorang perlu terus ditumbuhkan untuk lebih mempertajam kepekaan dalam mengapresiasi sesuatu. Apresiasi bertujuan untuk membuat seseorang lebih peka dan lebih terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya serta dapat bertanggung jawab atas masalah – masalah tersebut. Namun kini banyak kalangan muda yang seakan bersikap acuh terhadap budaya sendiri. Padahal dalam budaya tersebut terkandung nilai – nilai yang berbudi luhur yang dapat menuntun manusia menjadi pribadi yang lebih baik.
Candi Borobudur dibangun bukanlah tanpa tujuan. Pada setiap sudut candi Borobudur terdapat ornamen yang menggambarkan nilai luhur kemanusiaan. Pada dasarnya, candi ini merupakan candi yang kental dengan ajaran buddha. Dari objek objek yang ada di kompleks candi, secara keseluruhan menceritakan tentang hakekat manusia. Dan dari candi tersebut dapat diambil suatu pesan makna untuk refleksi diri dan upaya perbaikan untuk menjadi manusia yang sempurna.
Buddha adalah simbol dari manusia yang telah sadar dan meninggalkan hal hal dunia untuk menjadi manusia mulia yang seutuhnya, manusia yang mampu menghargai dan memahami kehidupan. Ajaran buddha di kompleks candi Borobudur ini tertuang melalui relief -  relief, arca buddha, tingkatan candi dan berbagai ornamen candi lainnya yang sangat menggambarkan bagaimana sejatinya manusia itu. Manusia dengan sikapnya yang rakus, tamak dan semena – mena, manusia dengan segala kepiluan dalam menjalani kehidupan serta manusia dengan segala daya dan usaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Dengan melakukan apresiasi terhadap Candi Borobudur, mengungkap makna dan nilai dibalik simbol – simbol budaya, maka pengetahuan dan rasa menghargai atas suatu hasil budaya akan terus tumbuh dan berkembang.

B.     TEORI
Dalam mempelajari suatu hasil budaya, sangat perlu untuk mengetahui wujud kebudayaan itu sendiri. Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu :
·         Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau disentuh.
·         Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem social, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
·         Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

     Koentjaraningrat juga mengemukakan hal serupa dengan J.J. Hoenigman. Koentjaraningrat juga menyatakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yaitu bahasa, kesenian, sistem religi, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, dan sistem ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1979: 203-204). Ketujuh unsur kebudayaan ini disebut Koentjaraningrat sebagai unsur kebudayaan universal karena selalu ada pada setiap masyarakat. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa ketujuh unsur tersebut sudah pasti menjelma dalam tiga wujud kebudayaan,
Dalam kasus Candi Borobudur ini, 3 wujud kebudayaan yang ada yaitu :
·         Gagasan
Gagasan atau ide yang terkandung adalah bagaimana masyarakat dulu berusaha untuk menegakkan nilai moral dan memberikan pesan melalui ajaran – ajaran Buddha
·         Aktivitas
Fungsi utama dari candi Borobudur adalah sebagai vihara sehingga tempat ini digunakan sebagai tempat peribadatan para penganut buddhisme.
·         Artefak
Hasil ciptaannya berupa bangunan candi itu sendiri yang merupakan perwujudan dari gagasan dan aktivitas manusia.

C.     TUJUAN PENULISAN
·         Untuk mengetahui hakekat Candi Borobudur
·         Untuk memberikan gambaran mengenai nilai – nilai Buddha pada Candi Borobudur
·         Untuk menuliskan apresiasi penulis terhadap objek yang diapresiasi

D.    MANFAAT PENULISAN
Bagi Mahasiswa

·         Memahami nilai – nilai yang terkandung di Candi Borobudur
·         Membuka pemikiran mahasiswa untuk lebih mengapresiasi terhadap budaya yang ada
·         Dapat mengambil makna dan menerapkan nilai yang terkandung dalam suatu budaya untuk memperbaiki diri.

Bagi Masyarakat Umum

·         Menambah wawasan masyarakat mengenai hakekat dari Candi Borobudur
·         Menambah tingkat apresiasi masyarakat terhadap suatu budaya
·         Mengenalkan makna dan nilai yang terkandung dari sebuah budaya
atau peninggalah sejarah


BAB II
PEMBAHASAN


A.    CANDI BOROBUDUR
20141213_094255.jpgcandi borobudur.jpgBorobudur adalah sebuah kompleks candi Buddha yang berada dikawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini dibangun pada masa dinasti Syailendra dan ditemukan pada masa pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles dan sekarang pemerintah Indonesia menjadika Candi Borobudur ini sebagai sebuah objek wisata. UNESCO pernah mencatatakan cansi ini sebagai salah satu situs peninggalan sejarah dan kuil terbesar didunia. Kata “boro” / “bara” berarti bangunan (candi) atau vihara, sedangkan kata “budur” / “beduhur” berarti kawasan tanah tinggi, sehingga Borobudur berarti bangunan candi yang dibangun diatas kawasan yang tinggi. Candi ini dibangun diatas ketinggian 265 mdpl dengan ketinggian candi yang mencapai 42 meter. Candi Borobudur terdiri atas susunan puzzle atau lego dari sekitar 2 juta balok batu andesit yang dipahat. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar dengan stupa – stupa kecil dan satu stupa induk pada puncaknya. Pada tahun 1929 Prof. Dr. W.F. Stutterheim telah mengemukakan teorinya, bahwa Candi Borobudur itu hakekatnya merupakan “tiruan” dari alam semsta yang menurut ajaran Buddha terdiri atas 3 bagian besar, yaitu: (1). Kamadhatu; (2). Rupadhatu; dan (3). Arupadhatu.
Bagian “kaki” melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau nafsu (keinginan) yang rendah, yaitu dunia manusia biasa seperti dunia kita ini. Rupadhatu (lantai 1 hingga lantai 9), yaitu dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari ikatan nafsu, tetapi maish terikat oleh rupa dan bentuk, yaitu dunianya orang suci dan 20141213_111104.jpgmerupakan “alam antara” (rupadhatu) yang memisahkan “alam bawah” (kamadhatu) dengan “alam atas” (arupadhatu). Arupadhatu (lantai 10 hingga ke puncak stupa – dulunya stupa ini masih memiliki ujung seperti payung bertingkat tiga), yaitu “alam atas” atau nirwana, tempat para Buddha bersemayam, dimana kebebasan mutlak telah tercapai, bebas dari keinginan dan bebas dari ikatan bentuk dan rupa. Karena itu bagian Arupadhatu itu digambarkan polos, tidak ber-relief.
20141213_101918.jpgPada dinding candi tedapat sekitar 2672 panel relief. Cara membaca relief tersebut adalah dengan membaca searah jarum jam. Awal cerita akan dimulai dan berkahir di pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya. Relief - relief tersebut menceritakan cerita yang sering disebut Karmawibhanga, Jatakamala, Awadana, Gandawyuha dan Bhadracari.
Karmawibhangga adalah relief yang menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat (hukum karma). Di zona Kamadhatu, beberapa relief-relief Karmawibhangga menggambarkan hawa nafsu manusia, seperti perampokan, pembunuhan, penyiksaan, dan penistaan. Tidak hanya menggambarkan perbuatan jahat, Relief Karmawibhanga yang dipahat di atas 160 panil juga menggambarkan ajaran sebab akibat perbuatan baik. 
Lalitawistara adalah relief yang menggambarkan riwayat sang Buddha dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita hingga kisah ajaran pertama yang beliau lakukan di Taman Rusa yang berada di dekat Kota Banaras. Relief Lalitawistara berjumlah 120 panil namun tidak secara lengkap menggambarkan kisah sang Buddha.
Jataka dan Awadana adalah relief tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Terpahat di tingkat kedua candi (lorong 1), relief ini bercerita tentang kebaikan sang Buddha dan pengorbanan diri yang ia lakukan dalam berbagai bentuk reinkarnasinya, baik sebagai manusia atau binatang.  Perbuatan baik inilah yang membedakannya dengan makhluk lain. Apalagi berbuat baik adalah tahapan persiapan dalam usaha menuju tingkat Buddha yang lebih tinggi. 
Gandawyuha adalah deretan relief yang terpahat rapi di dinding Borobudur sejumlah 460 panil yang terpahat di dinding serta pagar langkan. Pahatan relief ini tersebar di tingkatan candi yang berbeda-beda. Berkisah tentang Sudhana, putera seorang saudagar kaya yang berkelana dalam usahanya mencari pengetahuan tertinggi atau kebenaran sejati. Penggambarannya pada panil-panil didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha. Sementara itu, untuk  bagian penutupnya, kisah relief berdasarkan cerita kitab lain, yaitu Bhadracari. Kisah ini adalah tentang sumpah Sudhana untuk menjadikan Bodhisattwa Samantabhadra sebagai panutan hidupnya. 

B.     ARCA BUDDHA
20141213_105335.jpgArca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan, yaitu sarana dalam memuja tuhan atau dewa-dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca tidaklah sesederhana membuat sebuah patung. Arca memiliki ornament – ornament khusus. Arca yang ada di kompleks candi Borobudur berjumlah 504 buah arca. Pada tingkat Rupadhatu terdapat 432 arca dengan ukuran semakin ke atas semakin kecil dan diletakkan pada relung, diteras I sebanyak  104 arca, teras II sebanyak 104 arca, teras III sebanyak 88 arca, teras IV sebanyak 72 arca, dan teras V sebanyak 64 arca. Pada tingkat Arupadhatu terdapat 72 arca dengan ukuran yang sama dan diletakkan di dalam stupa, diteras VI sebanyak 32 arca, teras VII sebanyak 24 arca, dan teras VIII sebanyak 16 arca.
Secara sepintas, arca – arca tersebut memiliki bentuk yang sama, namun sebenarnya mereka memiliki posisi dan sikap tangan yang berbeda – beda. Sikap tangan inilah yang menjadi ciri khas pengelompokkan setiap arca Budha di candi ini, ciri ini dikenal dengan istilah Mudra arah mata angin atau yang biasa disebut dengan Dhayani Budha. Mengikuti urutan Pradakshina yaitu gerakan mengelilingi searah jarum jam dimulai dari sisi Timur, maka mudra arca-arca buddha di Borobudur adalah:
Arca
Mudra
Melambangkan
Dhyani Buddha
Arah Mata Angin
Lokasi Arca
COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur TMnr 10016277.jpg
Bhumisparsa mudra
Memanggil bumi sebagai saksi
Timur
Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi timur
COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur TMnr 60013976.jpg
Wara mudra
Kedermawanan
Selatan
Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi selatan
COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur voorstellende Dhyani Boeddha Amitabha TMnr 10016276.jpg
Dhyana mudra
Semadi atau meditasi
Barat
Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi barat
COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur voorstellende Dhyani Boeddha Amogasiddha TMnr 10016274.jpg
Abhaya mudra
Ketidakgentaran
Utara
Relung di pagar langkan 4 baris pertama Rupadhatu sisi utara
COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur voorstellende Dhyani Boeddha Vairocana TMnr 10015947.jpg
Witarka mudra
Akal budi
Tengah
Relung di pagar langkan baris kelima (teratas) Rupadhatu semua sisi
COLLECTIE TROPENMUSEUM Boeddhabeeld van de Borobudur TMnr 60019836.jpg
Dharmachakra mudra
Pemutaran roda dharma
Tengah
Di dalam 72 stupa di 3 teras melingkar Arupadhatu


Arca buddha adalah perwujudan fisik ( yang mengambil gambaran fisik) dari sang Buddha Gautama atau Siddharta Gautama (guru pendiri agama buddha). Buddha berasal dari bahasa Sansekerta : बुद्ध berarti mereka yang sadar atau yang mencapai pencerahan sejati, dan dari perkataan Sanskerta "Budh" adalah gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang kesadarannya. Dan dalam penggunaan katanya merujuk pada Siddharta Gautama sebagai contoh manusia yang telah sadar bukan sebagai sang pemilik kehidupan.
Wujud dan sifat Buddha tidak dapat diketahui hanya dengan melihat saja karena wujud dan sifat tersebut bukanlah Buddha yang sejati. Jalan yang benar untuk mengetahui Buddha adalah dengan membebaskan diri dari hal-hal duniawi/menjalani hidup dengan cara bertapa. Buddha sejati tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa, sehingga Sifat Agung seorang Buddha tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Namun Buddha dapat mewujudkan dirinya dalam segala bentuk dengan sifat yang serba luhur. Apabila seseorang dapat melihat jelas wujudnya atau mengerti Sifat Agung Buddha, namun tidak tertarik kepada wujud atau sifatnya, dialah yang sesungguhnya telah mempunyai kebijaksanaan untuk melihat dan mengetahui Buddha dengan benar. Pada hakekatnya Buddha adalah tindak tanduk yang mulia yang membuat manusia sadar atas godaaan duniawi dan berfokus pada kesejahteraan sosial yang bermoral dan berbudi luhur.
Arca buddha yang mengacu pada Siddharta Gautama ini memiliki karakteristik di beberapa bagian. Pada ujung kepala, rambut Sang Budha keriting dan selalu searah jarum jam dan disanggul yang disebut ushnisa. Pada dahinya terdapat tonjolan kecil yang disebut urna. Pada leher Sang Budha jika diperhatikan terdapat garis-garis sebanyak tiga buah yang melambangkan kesabaran dan juga sebagai manusia sempurna. Arca Budha memiliki telinga yang panjang sebagai gambaran kalau Buddha itu Maha Mendengar. Mata Buddha digambarkan setengah terpejam karena melambangkan orang yang melakukan yoga yang bertujuan untuk membantu konsentrasi. Setelah memejamkan mata kemudian perhatian diarahkan ke ujung hidung untuk bisa membantu konsentrasi. Pada bagian tubuh, arca Buddha tidak ada yang memakai baju kebesaran. Jika ada, mereka hanya memakai jubah. Jubah itu pun hanya menutup sebagian dadanya. Tidak ada yang penuh menutupi seluruh tubuhnya. Dada bagian kanan dibiarkan terbuka, sedangkan bagian kiri tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa Buddha telah meninggalkan segala sesuatu yang bersifat duniawi.
Untuk menjadi buddha bukanlah perkara mudah dan hal tersebut membutuhkan waktu yang lama. Hal tersebut digambarkan melalui kisah hidup sang Buddha Gautama. Bagaimana ia dahulu adalah seorang pangeran yang meninggalkan kemegahan kehidupan mewah ala istana dan hidup dihutan sebagai pertapa demi menjadi manusia yang sempurna dan lebih memahami arti kehidupan yang sebenarnya. Arca yang terdapat di kompleks candi ini menggambarkan bagaimana tahapan tahapan untuk menjadi Buddha. Arca yang ada di tingkatan Kamadhatu menggambarkan bahwa sebelum sesorang menjadi Buddha ia hanyalah manusia biasa dengan segala nafsu duniawi. Kemudian pada tingkat Rupadhatu, disini perjalan untuk menjadi Buddha sudah sampai setengah jalan. Dan pada tingkatan Arupadhatu, disini arca Buddha berada di dalam stupa berongga yang menggambarkan ia telah melepaskan hal – hal duniawi dan siap menerima pencerahan sang pencipta alam untuk menjadi sempurna.
C.     APRESIASI PENULIS

Dari apa yang ada di Candi Borobudur, kita dapat mengetahui tahapan tahapan untuk menjadi manusia seutuhnya. Kata “Buddha” sebenarnya bukan hanya mengacu pada sebuah ajaran agama, melainkan ajaran mengenai kehidupan. Kata Buddha mempunyai makna manusia yang telah sadar yang mendapat pencerahan sejati mengenai kehidupan manusia. Sedangkan arca Buddha adalah tiruan fisik dari sang Buddha Gautama atau Siddharta Gautama. Arca Buddha di hormati atau dipuja sebagai bentuk penghormatan atas ajaran Siddharta Gautama, dan para buddhisme menghormati sang Buddha Gautama sebagai sarana penghormatan kepada sang pencipta alam. Arca Buddha yang ada disetiap tingkatan candi pun menggambarkan bagaimana para Buddha melewati tahapan demi tahapan untuk menjadi sempurna dengan didukung cerita dari relief – relief di dinding candi. Perjalanan Siddharta Gautama untuk menjadi seorang Buddha bukanlah hal yang mudah dan butuh waktu yang lama. Tujuan sang Buddha adalah untuk menjadi manusia seutuhnya yang berbudi luhur. Hal ini dapat dihubungkan dengan 7 unsur kemanusiaan. Dimana cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup, tanggung jawab, kegelisahan dan harapan, menjadi hal penting yang terdapat dalam setiap ajaran untuk menjadi pribadi lebih baik.
·         Cinta kasih
Cinta kasih yang tersirat dari Buddha (arca Buddha) adalah sebagaimana untuk menjadi Buddha  haruslah peduli terhadap semua makhluk. Saling membantu, saling menyayangi, melakukan segala sesuatunya dengan baik dan senang tanpa harus mengeluhkan apa yang menjadi kekurangan.
·         Keindahan
Arca Buddha memiliki keindahan tersendiri dengan detail – detail arca yang khas. Keagungan sifat sang Buddha Gautama yang menjadi contoh manusia yang telah sadar serta guru besar buddhisme menjadi inspirasi pembuatan arca ini. Penempatan serta mudra dari arca – arca ini memiliki nilai tersendiri dan mereka tersusun indah menjadi kesatuan dari Candi Borobudur.
·         Penderitaan
Untuk menjadi Buddha dipenuhi oleh jalan yang penuh lika – liku. Melewati berbagai macam penderitaan. Sebagaimana dalam cerita Lalitawistara, Jataka dan Awadana, kehidupan yang dialami oleh Siddharta Gautama ketika ia memulai jalannya menjadi bikkhu, ia meninggalkan kehidupan mewahnya dan menjadi pertapa. Ia selalu bertanya kenapa manusia menderita, kenapa manusia sakit, tua, mati dan mengapa pula ada orang suci. Demi mencari jawaban atas pertanyaanya ia rela menderita dan mengorbankan yang dimilikinya, melawan godaan setan, cacian serta maut hampir merenggut nyawanya. Semua dilalui demi sebuah tujuan yang mulia dan denga penderitaan itulah ia lebih memahami dan menghargai kehidupan serta berusaha untuk memperbaiki apa yang salah.
·         Keadilan
Seorang Buddha selalu bersikap adil. Memperlakukan segala sesuatunya secara sama sebagaimana mestinya. Menempatkan semua hal pada tempatnya. Buddha mengajarkan untuk menempatkan hak dan kewajiban dengan sejajar. Apa yang diterima sebanding dengan apa yang diberikan, jangan serakah dan menang sendiri. Hal itu akan merusak diri sendiri dan merusak tatanan social yang ada. Jika keadilan tidak ditegakkan dengan baik maka banyak hal lain yang menjadi rusak karena tidak diperlakukan sebagaimana seharusnya dilakukan.
·         Pandangan hidup
Buddha mempunyai pandangan hidup sebagai pribadi yang berbudi luhur meninggalkan hal yang bersifat duniawi. Dalam menjalani kehidupan janganlah hanya mengejar kenikmatan duniawi namun baiknya juga mengejar kenikmatan yang abadi (akhirat), karena kenikmatan duniawi hanya sementara dan terkadang sifatnya merusak. Oleh karenanya, baiknya mempunyai pandangan hidup yang sederhana namun didalamnya selalu mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Dalam menjalani hidup haruslah sungguh sungguh dan tidak mudah menyerah
·         Tanggung jawab
Manusia harus mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuat. Buddha selalu konsekwen atas apa yang diucapkannya dan menanggung segala resiko akan perbuatannya. Orang akan dihargai atas tindakannya, jika seseorang bersikap pengecut ditak mengakui kesalahannya, maka secara tidak langsung ia telah menjauhkan dirinya sendiri dari lingkungan social. Sebaliknya, jika seseorang mempertanggung jawabkan perbuatannya, sekalipun itu hal terburuk yang terjadi justru ia lah yang mempunyai sikap terpuji. Semua tindakan manusia akan mengikuti seleksi alam.
·         Kegelisahan
Kegelisahan yang dialami para Buddha yaitu ketika mereka mulai meninggalkan hal – hal duniawi dan berusaha lepas dari segala godaan yang datang. Hal ini akan menimbulkan kehati-hatian yang berlebih karena cemas jikalau mereka melakukan kesalahan dan terhasut rayuan setan. Dan sesungguhnya kegelisahan inilah yang menghambat proses untuk berjalan maju. Namun hal ini dapat diatasi dengan selalu berfikiran positif dan optimis serta berusaha sebaik mungkin, focus terhadap proses yang sedang dikerjakan bukan focus pada tujuan akhirnya saja.
·         Harapan
Dalam hidup harus punya harapan karena harapanlah yang menjadi motivator untuk menjadi lebih baik. Seperti kisah Buddha ketika ia bertapa hingg tubuhnya hanya tersisa tulang dan susah untuk bertahan hidup, ia tetap bertahan dengan harapan ketika ia selesai bertapa ia akan mendapat pencerahan. Dan ketika ia tidak berputus asa dan terus menatap harapannya, kejaiban pun dating padanya. Ia mendapat pencerahan dan menerima anugerah berupa pancaran sinar emas dari tubuhnya dan sinar warna biru, merah, putih dan kuning dari posisinya bersila dan sinar tersebut berbentuk menyerupai teratai. Ini menunjukkan bahwa dengan memiliki harapan dan terus berusaha maka banyak hal yang bias terjadi, bahkan yang tidak terpikirkan sekalipun. Karenanya harapan harus terus dipupuk dengan usaha supaya bisa menjadi kenyataan.

BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Buddha adalah manusia yang telah sadar dan mendapat pencerahan mengenai kehidupan dan menjadi manusia yang berbudi luhur. Candi Borobudur menggambarkan bagimana tahapan – tahapan untuk menjadi Buddha dan meninggalkan hal duniawi. Candi yang dibangun bertingkat – tinggat mengisyaratkan bahwa untuk mencapai sesuatu hal harus dimulai dari dasar dan melalui perjuangan yang panjang dengan segala godaan yang menerpa. Kemudian ketika sampai di puncak dan mencapai tujuan, haruslah selalu memandang kebawah untuk melihat bagaimana perjuangan untuk sampai diatas supaya tidak lupa seperti apa ia sebelumnya dan supaya tidak melakukan kesalahan yang sama.
2.      SARAN
Kepada Pemerintah dan Instansi terkait
·         Ada baiknya jika memberi perhatian lebih pada peninggalan bersejarah yang ada supaya tetap terjaga
·         Menggali lebih banyak potensi peninggalan sejarah yang belum terekspos dan melakukan konservasi peninggalan sejarah atau budaya yang belum dikembangkan
Kepada Masyarakat
·         Masyarakat perlu melakukan lebih banyak apresiasi dan memperbanyak pengetahuan mengenai peninggalan sejarah supaya dapat turut serta mengembangkannya dan melestarikannya
·         Hendaknya masyarakat dan pengunjung ikut menjaga ketertiban, keamanan dan kebersihan di areal wisata candi supaya tetap terlihat indah

3.      KRITIK

·         Didalam kompleks candi, ada 250 arca yang kepalanya belum terpasang dikarenakan kepala arca yang tersedia hanya sekitar 55 buah saja. Namun alangkah baiknya jika kepala arca tersebut segera dipasang supaya arca – arcanya terlihat lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur
http://www.karatonsurakarta.com/borobudur.html
https://ariesaksono.wordpress.com/2008/01/15/arca-budha-candi-borobudur/
http://id.wikipedia.org/wiki/Siddhartha_Gautama
http://dhany-sites.blogspot.com/2013/04/arca-dalam-candi-borobudur.html

FOTO
Koleksi Pribadi
https://www.google.com/search?q=tingkatan+candi+borobudur&espv=2&biw=1366&bih=624&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=zKWmVNyMEISWuASU6oHQBw&ved=0CAYQ_AUoAQ#tbm=isch&q=borobudur+temple&imgdii=_